Nasional

Harga Gula Mahal Akibat Produksi Loyo, Impornya Terbukti Seret

Wanderviews.com –

Jakarta – Harga gula tinggi pada saat ini sedang menjadi hambatan di area Indonesia. Produksi gula yang loyo menjadi salah satu penyebabnya. Sementara itu, gula impor untuk keinginan pangan dari luar negeri juga seret masuk ke Indonesia.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), total jumlah impor gula pada Indonesia pada April 2024 memang sebenarnya mencapai 647,5 ribu ton. Naik 64,76% dari Maret 2023 sebesar 393 ribu ton. Dibanding April 2023 melonjak 70,85% akibat ketika itu sebesar 378,99 ribu ton.

Namun, total ukuran impor gula sepanjang tahun ini atau selama periode Januari-April 2024 cuma 1,86 jt ton, turun 5,75% dari catatan pada periode Januari-April 2023 yang digunakan sebanyak 1,98 jt ton. Padahal, dari sisi nilai impornya naik 11,76% dari US$ 1,02 miliar menjadi US$ 1,14 miliar.

Indonesia mengimpor gula mayoritas dari Brazil pada tahun ini dengan berat mencapai 977,56 ribu ton. Diikuti Thailand seberat 675,3 ribu ton, Australia US$ 145 ribu ton, Negara Malaysia 25 ribu ton, kemudian India 12,04 ribu ton. Dari negara lain secara total 34,02 ribu ton pada periode Januari-April 2024.

Derasnya impor gula dari Brazil ini turut menciptakan defisit neraca perdagangan Indonesia dengan negara itu defisit senilai US$ 388,3 jt dengan Brasil pada April 2024. Hal ini diungkapkan oleh Deputi Statistik Distribusi lalu Jasa BPS Pudji Ismartini.

“Catatan kami HS 17 yaitu gula lalu kembang gula utamanya adalah HS 17011400, itu other cane sugar ya. Ini adalah adalah komoditas utama yang diimpor dari Brazil, kemudian juga HS 23 yaitu ampas atau sisa lapangan usaha makanan,” ucap Pudji ketika konferensi pers di area kantornya, seperti dikutipkan Kamis (16/5/2024).

Panel Harga Badan Pangan hari ini, Mulai Pekan (13/5/2024), biaya gula naik Rupiah 110 ke level Simbol Rupiah 18.490 per kg. Sepekan lalu, 6 Mei 2024, harganya masih di area Rp18.380 per kg. Dan sebulan lalu, 13 April 2024, biaya gula tercatat pada Rp17.930 per kg.

Direktur Stabilisasi Pasokan & Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Maino Dwi Hartono mengatakan, nilai gula yang digunakan ketika ini masih pada tren naik sebab belum memasuki musim giling tebu untuk memproduksi gula. Kondisi itu diperburuk oleh realisasi impor yang masih terbatas.

“Harga gula memang benar trennya naik terus sejak awal tahun. Dan sekarang, telah rata-rata Rp18.000 di tempat bulan Mei ini secara nasional, lalu di tempat pulau Jawa itu Rp17.700-an per kg. Hal ini memang benar sudah ada dalam berhadapan dengan nilai tukar acuan pemerintah,” katanya di Profit CNBC Indonesia.

Seperti diketahui, pemerintah memutuskan meninggal harga jual acuan pembelian (HAP) gula dalam tingkat konsumen yang tersebut semula Rp16.000 per kg, sekarang menjadi Rupiah 17.500 per kilogram. Sementara khusus untuk wilayah Maluku, Papua serta wilayah Tertinggal, Terluar, kemudian Perbatasan ditetapkan sebesar Simbol Rupiah 18.500 per kilogram. Kebijakan inni berlaku untuk 5 April sampai 31 Mei 2024.

“Ini memang benar menjadi perhatian kita, jadi catatan kita. Pertama, memang benar belum masuk musim giling. Laporan APTRI, bulan Mei pertengahan ini telah mulai masuk musim giling. Harapan kami, dengan masuk musim giling, pasokan akan terus masuk ke pasar,” tambah Maino.

“Dan, untuk mengisi kekurangan ini juga kita isi dengan impor. Memang ada kendala impor ini, salah satunya, realisasinya kurang maksimal,” tegasnya.

Diketahui produksi gula tahun 2023 turun menjadi 2,27 jt ton, dibandingkan tahun 2022 sebesar 2,4 jt ton. Sementara tingkat konsumsi gula meningkat pada tahun 2023 menjadi 3,4 jt ton, dibandingkan 2022 sebesar 3,2 jt ton.

Artikel Selanjutnya Strategi Besar Swasembada Gula RI Hampir Selesai, Hal ini Bocorannya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button