Nasional

Mengenal topeng Betawi yang mana terkadang disangka lenong

Ibukota – "Jakarta Daerah Perkotaan Global Berjuta Pesona" berubah menjadi tema yang digunakan diusung pada peringatan keras Hari Ulang Tahun (HUT) ke-497 Perkotaan Jakarta. Di antara beragam pesona milik kota yang dimaksud tahun ini kali terakhir menyandang status ibu kota negara tersebut, kesenian topeng Betawi merupakan salah satunya.

Topeng Betawi sudah ditetapkan berubah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Provinsi DKI DKI Jakarta pada tahun 2016 lalu masuk ke pada domain Seni Pertunjukan, sama-sama Lenong oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan juga Teknologi.

Budayawan Betawi sekaligus peneliti dari Lembaga Kesenian Betawi Yahya Andi Saputra mengumumkan Topeng Betawi sebagai salah satu kesenian tua yang tersebut rutin dijadikan media pendukung utama pada beberapa ritus atau upacara, seperti sedekah bumi, kawinan teristimewa kawulan atau membayar nazar, lalu ini masih lestari hingga sekarang.

Kesenian teater komunitas Betawi ini juga ditampilkan di acara seni budaya, misalnya "Pergelaran Kesenian Budaya Tradisional secara Reguler" Tahun 2024 di Setu Babakan, Ibukota Selatan.

Tidak hanya sekali itu, kesenian Topeng Betawi juga berubah jadi salah satu bagian dari kegiatan Festival Teater Tradisional ke Gedung Kesenian Tjitjih lalu Gedung Kesenian Jakarta. Festival ini masih berlangsung hingga 29 Juni mendatang.

Pementasan Topeng Betawi biasanya diawali tarian pengantar, dihadiri oleh lakon pendek yang mana ternyata kerap dianggap sebagian penduduk sebagai Lenong. Padahal, lakon pada Topeng Betawi kemudian Lenong berbeda dari sisi kostum pelakon juga cerita dihadirkan.

Banyolan yang digunakan dilontarkan pelakon tentang anak yang bersikap kurang sopan ke bapak, tenaga keamanan pertahanan sipil (hansip) atau asisten rumah tangga, misalnya, merupakan Topeng Betawi, bukannya Lenong, kata seniman Betawi Sabar Bokir.

Sabar yang digunakan mengatur Sanggar Setia Warga, sekaligus penerus budaya Topeng Betawi dari seniman Bokir memaparkan pelakon di Topeng Betawi mengenakan busana sehari-hari, kemudian melontarkan cerita tentang keberadaan komunitas Betawi.

Sementara pada Lenong, pelakon perempuan mengenakan kebaya juga si laki-laki mengenakan baju pangsi.

Kemudian, cerita yang tersebut diangkat ke pada Lenong bukanlah hidup sehari-hari, seperti halnya di Topeng Betawi, melainkan semisal jagoan Betawi yang mana bertarung memperebutkan golok tua atau selendang.

Orang salah kaprah, bermain Lenong dengan pakaian biasa. Padahal itu Topeng Betawi yang digunakan bercerita tentang hidup sehari-hari.

Merujuk laman Warisan Budaya Kementerian Kebudayaan, pertunjukan Topeng Betawi didahului dengan alunan pendapat dari alat musik gendang, kecrek, rebab, kenong tiga bilah, kenceng, dan juga gong yang mana dimainkan setiap oleh satu orang, sehingga total pemusik enam orang.

Selanjutnya, para penari masuk ke arena pertunjukan sembari mengenakan tiga macam topeng atau umumnya disebut kedok di dalam komunitas Betawi. Topeng sendiri sebenarnya merupakan rumpun kesenian yang tersebut terdiri dari seni tari, musik, serta teater.

Ada beragam tarian yang bisa jadi dibawakan penari di satu pertunjukan, salah satunya tari topeng tunggal, seperti yang digunakan dibawakan penari binaan Sabar pada acara seni budaya Setu Babakan, beberapa waktu lalu.

Tari topeng tunggal merupakan tari cikal akan segera Topeng Betawi serta dari sana, kemudian lahir seni tari kreasi yang terus berprogres hingga kini.

Sementara tiga kedok yang tersebut dikenakan penari terdiri dari tiga warna berbeda, yakni putih, merah muda, dan juga merah, lalu ketiganya mewakili tiga karakter manusia. Kedok yang menutupi bagian berhadapan dengan kepala hingga mulut ini digigit, bukannya diikat dalam belakang kepala, oleh sebab itu harus dilepas lalu pakai mengikuti alur cerita.

Kedok warna putih dinamai Panji, menggambarkan sifat manusia yang mana lemah lembut, anggun kemudian ini disesuaikan dengan gerak tari yang digunakan lemah lembut, baik tangan maupun gestur.

Lalu, kedok warna merah muda yang mana dinamai Samba, menggambarkan manusia yang digunakan lincah atau agak centil. Sementara kedok warna merah yang tersebut diberi nama Jingga, miliki gambar kumis tebal menunjukkan sisi manusia yang seram, keras atau galak.

Satu penari membawakan tiga karakter ini diselingi jeda atau koma, sedangkan karakter yang mana diperankan mengikuti kedok yang digunakan beliau pakai.

Setelah penari tampil, giliran pelakon masuk melontarkan cerita yang tersebut umumnya diselingi banyolan.

Seniman Betawi Sabar Bokir pada waktu mementaskan topeng Betawi di acara seni budaya Setu Babakan, DKI Jakarta Selatan, 24 Februari 2024. ANTARA/Lia Wanadriani Santosa

Bisa dipelajari siapapun

Sabar satu di antaranya sosok yang digunakan meyakini bahwa budaya, khususnya kesenian, dapat dipelajari siapapun dari bervariasi latar belakang suku dan juga agama, sebab budaya tak dikotak-kotakan.

Lalu, bagi dia yang tersebut ingin belajar Topeng Betawi, tak ada patokan khusus berapa lamanya hingga dapat mumpuni membawakan pertunjukan ini, baik itu sebagai penari maupun pelakon.

Meskipun demikian, seperti halnya pada planet belajar, semakin kerap seseorang berlatih, maka semakin cepat beliau menguasai apa yang beliau pelajari itu.

Kendati begitu, Sabar memberikan kiat bagi yang tersebut tertarik belajar mementaskan Topeng Betawi, khususnya tarian.

Hal pertama yang mana harus dipelajari adalah gerak, yaitu gerak kaki atau tangan. Kemudian pelajari kelenturannya, misalnya jarinya harus rapat, jempol dalam depan telapak. Semua berujung pada keindahan. Lalu, pelajari ekspresi. Sebelum memakai kedok, pemain membuka dulu wajah aslinya atau tidaklah secara langsung memakai kedok, pada waktu tampil.

Setelahnya, kenali irama atau ketukan musik dan juga melakukan aksi sesuai irama agar tak mendahului atau terlalu lambat.

Topeng Betawi, khususnya tari, pada masa kini semakin berprogres yang tersebut dikreasikan, salah satunya ditambah dengan musik gambang kromong. Baginya ini sah saja, namun ia berpesan agar seniman tak melupakan pakem, yakni busana, cerita, dan juga alat musik yang tersebut dimainkan.

Tanpa disadari bahwa pegiat seni Topeng Betawi harus multitalenta. Tidak hanya saja menari, tetapi juga dapat musik.

Berbicara harapan, beliau ingin dirinya dan juga para pelestari budaya lainnya terus mendapatkan dukungan dari semua pemangku kepentingan guna melestarikan budaya.

Bantuan warga bisa jadi pada bentuk ketertarikan serta kecintaan pada budaya, agar budaya tak tinggal kenangan.

Sementara untuk pemerintah, ia mengakui seniman Betawi selama ini mendapatkan fasilitas, seperti melalui kegiatan seni budaya yang salah satunya diadakan rutin di Setu Babakan.

Sekarang, tingga para seniman dan juga seniwati Betawi untuk benar-benar berikrar berlatih juga mementaskan lakon yang digunakan benar, tidaklah jika main. Hal itu, mulai dari pakaian, sikap, dan juga bahasa, sehingga tontonan juga berfungsi sebagai tuntunan.

Penari mengenakan topeng atau kedok berwarna putih pada waktu mementaskan tari topeng pada acara seni budaya Setu Babakan, DKI Jakarta Selatan, 24 Februari 2024. ANTARA/Lia Wanadriani Santosa

Dukungan

eksekutif Provinsi DKI Ibukota hadir untuk membantu para seniman melestarikan kesenian Topeng Betawi. Kepala Sektor Pembinaan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DKI Ibukota Puspla Dirdjaja memaparkan dukungan itu, di antaranya memberikan ruang berekspresi bagi para seniman tampil pada acara-acara kebudayaan, baik dalam pada negeri maupun luar negeri. Kegiatan budaya ini sekaligus berubah menjadi upaya memperkenalkan teater tradisi pada masyarakat.

Bantuan pemerintah juga ditunjukkan melalui penyediaan informasi melalui konten-konten terkait seni kemudian budaya yang digunakan turut dipublikasikan di dalam media sosial, juga memberikan pelatihan teater tradisi melalui Suku Dinas Kebudayaan di dalam setiap wilayah administrasi Jakarta.

Masih berbicara dukungan, Dinas Kebudayaan pun memberikan pembinaan sebagai manajemen sanggar-sanggar tradisi agar berinovasi mengembangkan sanggarnya.

Pembinaan juga pada bentuk pemberdayaan sumber daya manusia (SDM), pengembangan kesenian, memfasilitasi sarana berapresiasi serta berkreativitas, penghargaan bagi SDM serta sanggar yang dimaksud mempunyai kualifikasi prestasi khusus, dan juga pembinaan pada bentuk pengawasan juga evaluasi sanggar.

Pada September 2023 tercatat berjumlah 1.030 sanggar seni yang tersebut diverifikasi oleh Dinas Kebudayaan untuk direalisasikan pembinaan.

Selain itu, upaya edukasi pada warga pun turut dilakukan, yakni pada bentuk pementasan dan juga pelatihan seni teater tradisi juga workshop penulisan naskah terhadap pelaku seni teater.

Upaya lain dari pemerintah tempat adalah diskusi-diskusi masyarakat terkait teater tradisi, khususnya Topeng Betawi lebih banyak diperbanyak, dan juga menampilkannya bersama-sama dengan Lenong agar dapat mengenalkan perbedaan antara keduanya pada masyarakat.

Pada akhirnya, beraneka upaya serta sarana yang tersebut diberikan oleh itu dapat membantu melestarikan kesenian Betawi, khususnya Topeng Betawi pada menyongsong DKI Jakarta sebagai kota global berjuta pesona.
 

Artikel ini disadur dari Mengenal topeng Betawi yang terkadang disangka lenong

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button