Sesi I, IHSG Melesat 0,91%! Transaksi Sudah Tembus Mata Uang Rupiah 7 T
Wanderviews.com –
Jakarta – Skala Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergairah pada perdagangan pertemuan I Kamis (16/5/2024), setelahnya data pemuaian konsumen Amerika Serikat (AS) bertambah sesuai dengan prediksi bursa sebelumnya.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melonjak 0,91% ke kedudukan 7.245,11. IHSG pun berhasil menyentuh kembali level psikologis 7.200 pada sesi I hari ini.
Nilai operasi indeks pada sesi I hari ini sudah ada mencapai sekitar Mata Uang Rupiah 7 triliun dengan jumlah operasi mencapai 11 miliar lembar saham juga sudah ada ditransaksikan sebanyak 678.664 kali. Sebanyak 314 saham menguat, 200 saham melemah, juga 243 stagnan.
Secara sektoral, sektor material baku menjadi penopang terbesar IHSG di area pembukaan I hari ini, yakni mencapai 1,36%.
Sementara itu, saham-saham perbankan raksasa menjadi penopang IHSG dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar yakni mencapai 14,2 indeks poin.
IHSG kembali naik dengan cepat di area sedang kabar cenderung sedikit menggembirakan dari Amerika Serikat (AS), pada mana kenaikan naiknya harga konsumen Amerika Serikat pada April 2024 sudah ada sesuai dengan prediksi pangsa sebelumnya.
Inflasi Negeri Paman Sam sebagai petunjuk terkait kenaikan tarif di tempat tingkat konsumen sudah pernah dirilis pada Rabu kemarin pukul 19.30 WIB.Inflasi nilai konsumen (consumer price index/CPI) Amerika Serikat tercatat 3,4% secara tahunan (year-on-year/yoy)pada April 2024.
Tingkat kenaikan CPI Amerika Serikat setara dengan perkiraan konsensusTrading Economicssebesar 3,4%. Level naiknya harga ini tambahan rendah melebihi periode Maret 2024 sebesar 3,5%.
Secara bulanan, kenaikan harga Negeri Paman Sam ada di dalam bilangan 0,3% pada April 2024, atau melandai dibandingkan Maret yag tercatat 0,4%.
Inflasi inti, pada luar harga jual energi juga pangan, melandai ke 3,6% (yoy) pada April 2024, dari 3,8% (yoy) pada Maret 2024. Secara bulanan, kenaikan harga inti melandai ke 0,3% pada April 2024 dari 0,4% pada Maret 2024.
Inflasi inti Negeri Paman Sam yang tersebut bukan termasuk kenaikan nilai tukar komoditas dan juga makanan minuman tercatat sebesar 3,4% secara tahunan setara dengan perkiraan konsensus. Inflasi inti ini lebih tinggi rendah jika dibandingkan periode Maret 2024 yang digunakan tercatat naik 3,8%.
Data ekonomi terkini dalam Amerika Serikat memberikan ilustrasi yang menguntungkan untuk prospek pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed).
Dengan CPI naik lebih tinggi rendah pada April lalu lalu jualan ritel masih datar,menjadi sinyal The Fed mungkin saja akan memulai siklus pelonggaran untuk membantu ekonomi.
Perlambatan kenaikan harga dan juga stagnasi pemasaran ritel menandakan perlambatan pada permintaan domestik, yang mana sejalan dengan tujuan Fed untuk mencapai “soft-landing” bagi ekonomi.
Ekonom memperkirakan tekanan naiknya harga akan mereda di kuartal mendatang, secara bertahap mendekati target 2% dari Fed. Ketua Fed Jerome Powell menyatakan keyakinannya bahwa kenaikan harga akan mundur ke tingkat yang digunakan menyerupai tahun sebelumnya.
Pasar keuangan merespons positif terhadap outlook ini, dengan probabilitas pemotongan suku bunga di tempat September semakin meningkat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya Masih Menanjak, IHSG Bisa Tutup Tahun 2023 di tempat 7.300-an?