Cegah tumor ganas paru sejak dini dengan metode Low Dose CT scan Thorax
Ibukota Indonesia – Kanker paru-paru sanggup dicegah sejak dini melalui pemeriksaan Low Dose CT scan Thorax (LDCT), teristimewa untuk individu dengan aspek risiko yang tersebut tinggi.
LDCT merupakan salah satu metode penyaringan neoplasma paru yang mana efektif kemudian direkomendasikan oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention) juga Kementerian Bidang Kesehatan Republik Indonesia.
Dokter spesialis paru konselor onkologi toraks dari RS MRCCC Siloam Semanggi dr Sita Andarini, Ph.D., Sp.P (K) menjelaskan bahwa LDCT memberikan dosis radiasi yang mana lebih besar kecil sehingga aman digunakan untuk seseorang yang dimaksud mempunyai risiko lebih tinggi terkena neoplasma paru.
"Low Dose CT scan Thorax memberikan dosis 1/7 radiasi apabila dibandingkan dengan CT scan biasa, tanpa kontras dan juga belaka memerlukan waktu tiga sampai lima menit untuk pemeriksaannya, sehingga metode ini aman digunakan untuk seseorang yang mana memiliki risiko besar terkena neoplasma paru," ujar dr Sita di siaran pers pada Jumat.
Ia menjelaskan, pencegahan neoplasma paru pada dasarnya dapat diwujudkan dengan mengadopsi gaya hidup fit lalu menyavoid faktor-faktor yang tersebut meningkatkan risiko.
Namun, warga juga perlu memeriksakan diri sebagai upaya deteksi dini kanker, khususnya bagi kalangan yang dimaksud dekat dengan risiko utama meliputi perokok, paparan asap rokok, diantaranya rokok elektrik, pajanan silika/asbes (risiko pekerjaan), riwayat fibrosis paru, dan juga riwayat neoplasma pada keluarga.
Langkah diagnosis juga penerapan LDCT
1. Anamnesis
Menurut dr Sita Andarini, anamnesis merupakan tahap awal pada langkah-langkah diagnosis penyakit. Pada tahap ini, dokter akan melakukan wawancara dengan pasien untuk menghimpun informasi tentang komponen risiko, riwayat kesehatan, gejala yang dialami, juga factor risiko yang tersebut mungkin saja terkait dengan neoplasma paru.
Simptom seperti batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, penurunan berat badan, dan juga riwayat merokok, riwayat pajanan juga riwayat karsinoma akan berubah menjadi fokus utama.
Anamnesis yang digunakan teliti membantu dokter mengerti akan status pasien secara holistik dan juga memandu langkah selanjutnya pada tahapan diagnosis juga pengobatan.
2. Skrining melalui LDCT
Low Dose CT scan Thorax (LDCT) merupakan salah satu metode skrining yang efektif untuk mendeteksi tumor ganas paru pada tahap awal. Metode ini menggunakan sinar-X pada dosis radiasi rendah untuk menghasilkan kembali ilustrasi detail paru, satu di antaranya rangka serta tekstur jaringan paru.
Dibandingkan dengan rontgen toraks konvensional, Low Dose CT scan Thorax memiliki tingkat sensitivitas yang tersebut lebih besar lebih tinggi pada mendeteksi karsinoma paru pada tahap awal, bahkan ketika tumor masih di bentuk lesi kecil yang mana sulit terlihat dengan metode lain.
Selama prosedur, pasien akan diminta untuk berbaring di menghadapi meja CT scan kemudian mesin akan mengambil kumpulan gambar detail paru dari beraneka sudut.
3. Patologi anatomi kemudian biopsi
Setelah anamnesis kemudian pemeriksaan LDCT, langkah selanjutnya adalah menentukan lesi yang tersebut didapat dari LDCT. Pemeriksaan itu dapat terdiri dari biopsi (atau prosedur untuk mengambil sampel jaringan) guna mendapatkan sediaan yang dimaksud diperlukan pada pemeriksaan patologi anatomi.
Dalam biopsi, ada beberapa metode yang digunakan dapat digunakan, seperti biopsi jarum halus (transthoracic core biopsy), bronkoskopi, atau biopsi terbuka (thoracotomy).
Sampel jaringan yang dimaksud diambil akan dianalisis dalam laboratorium patologi untuk menentukan diagnosis yang digunakan akurat, termasuk mengetahui tipe neoplasma serta analisis molekuler neoplasma paru untuk menentukan perawatan yang tersebut sesuai, atau personalized molecular therapy.
Manfaat juga risiko LDCT
Manfaat utama LDCT adalah kemampuannya untuk mendeteksi tumor ganas paru pada tahap awal. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk dilakukannya intervensi kemudian perawatan yang tersebut lebih banyak efektif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan prospek kesembuhan bagi pasien.
Selain itu, LDCT dapat digunakan untuk deteksi penyakit paru-obstruktif kronis (PPOK), emboli paru, serta pneumonia.
Kendati demikian, masih ada risiko terkait dengan pemakaian radiasi. Dosis radiasi LDCT memang benar lebih besar rendah dibandingkan CT scan konvensional, namun ada kemungkinan paparan radiasi yang tersebut dapat meningkatkan risiko karsinoma dalam kemudian hari.
Namun, faedah deteksi dini neoplasma paru umumnya dianggap lebih besar besar daripada risiko ini, khususnya bagi mereka itu yang tersebut berisiko tinggi terkena tumor ganas paru.
Seluruh langkah diagnosis dan juga pengobatan ini bisa jadi didapatkan dalam Indonesia sesuai dengan panduan internasional dan juga Kementerian Aspek Kesehatan Indonesia.
Grup RS Siloam melalui RS Siloam MRCCC Semanggi telah terjadi mengadopsi metode Low Dose CT scan Thorax sebagai bagian dari kegiatan pemantauan karsinoma paru. Saat ini, MRCCC telah lama dilengkapi peralatan medis canggih yang dimaksud memungkinkan untuk dilakukannya Low Dose CT scan Thorax dengan akurasi tinggi.
Selain itu, tim radiologis yang terlatih secara khusus telah dilakukan disiapkan untuk membaca hasil Low Dose CT scan Thorax juga memberikan diagnosis yang mana tepat untuk pasien.
Dengan metode screening karsinoma paru seperti LDCT, diharapkan ada peningkatan di deteksi dini tumor ganas paru dan juga prospek penyembuhan yang tersebut tambahan baik.
Artikel ini disadur dari Cegah kanker paru sejak dini dengan metode Low Dose CT scan Thorax