Ekonomi

Ekonom Khawatir Pelemahan Rupiah Bikin Harga BBM Bersubsidi Naik: Tekan Daya Beli Masyarakat, Bahaya untuk Konsumsi Domestik

Jakarta – Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar Negeri Paman Sam secara berkepanjangan berkemungkinan menyebabkan anggaran subsidi substansi bakar minyak atau BBM membengkak. Ia pun mengkhawatirkan prospek kenaikan biaya BBM bersubsidi.

“Kalau dinaikkan, akan menekan daya beli masyarakat. Itu berbahaya buat konsumsi domestik,” kata Nailul sewaktu ditemui usai acara diskusi ke Ibukota Pusat, Rabu, 26 Juni 2024. Pasalnya, kenaikan nilai tukar BBM bersubsidi otomatis akan segera memicu inflasi. “Ketika dinaikkan, dampaknya mampu ke kemiskinan dan juga sebagainya.”

Namun pada sisi lain, jikalau tarif BBM subsidi tak dinaikkan, beban anggaran pendapatan serta belanja negara (APBN) akan semakin berat. Pasalnya, melemahnya rupiah memproduksi keperluan akan dolar Amerika Serikat meningkat untuk keinginan impor minyak.

Ia pun menganggap kenaikan tarif BBM bersubsidi adalah keniscayaan. Hanya saja, ini bergantung pada kemauan pemerintah ketika ini atau pemerintah periode berikutnya. “Jadi, tarik-tarikan saja. Mau pemerintahan Prabowo atau Jokowi yang digunakan menaikkan? Dulu SBY nggak mau meningkatkan (harga BBM bersubsidi), akhirnya Jokowi yang mana menaikkan,” ujar Nailul.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar ASA akhir-akhir ini melemah hingga dalam berhadapan dengan Rupiah 16 ribu. Namun, Menteri Energi serta Narasumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengaku belum  ada rapat lintas kementerian untuk mengeksplorasi tarif BBM untuk  Juli 2024, baik BBM subsidi maupun nonsubsidi. “Kalau belum ada rapat, belum ada (pembahasan) apa-apa,” ujar Arifin ketika ditemui ke Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin, 24 Juni 2024,  dikutip dari Antara.

Meski belum ada titik terang masalah ini, pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi meminta-minta agar pemerintah tidak ada meningkatkan nilai tukar BBM bersubsidi. Alasannya, meskipun nilai minyak planet naik, levelnya masih ke bawah Tanah Air Crude Price (ICP) yang tersebut ditetapkan pada APBN. Sebagai informasi, ICP pada APBN ditetapkan sebesar US$ 82 per barel. Sementara, mengutip laporan Sumber Berita Reuters Rabu, harga jual minyak mentah  West Texas Intermediate (WTI) terpantau di bilangan US$ 81,29 per barel.

Jika tarif BBM bersubsidi dinaikkan, Fahmy menuturkan, akan memicu kenaikan harga yang digunakan menyebabkan nilai tukar keinginan pokok meroket. Seperti yang tersebut disampaikan  Nailul Huda, situasi ini akan menurunkan daya beli masyarakat.

“Di berada dalam pelemahan rupiah yang mana belanjut, melambungnya naiknya harga akan memperburuk perekonomian Indonesia,” kata Fahmy. “Bahkan memiliki kemungkinan menyulut krisis sektor ekonomi lantaran terjadinya pelemahan rupiah terhadap dolar AS, dibarengi pemuaian yang mana meroket.”

RIRI RAHAYU | ANTARA

 

 

Artikel ini disadur dari Ekonom Khawatir Pelemahan Rupiah Bikin Harga BBM Bersubsidi Naik: Tekan Daya Beli Masyarakat, Bahaya untuk Konsumsi Domestik

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button