RI Dikepret Belanda, India lalu China Jadi Raja Ekspor Jamu Herbal Planet
Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Koordinator Lingkup Pembangunan Manusia serta Kebudayaan (Kemenko PMK) menyampaikan Nusantara masih kalah dari India, China hingga Belanda pada mengekspor komoditas jamu herbal lalu fitofarmaka di lingkungan ekonomi global. Padahal, Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati atau biodiversity terbesar kedua dalam bumi setelahnya Brasil.
“Indonesia ini miliki biodiversity terbesar kedua pada planet setelahnya Brasil. Kemudian disusul Indonesia, ketiga Kolombia, keempat China, kelima Peru, lalu bahkan India itu ke-10 ya. Kenapa kami memberikan catatan India ke-10? lantaran di di sini ironisnya, pengekspor jamu herbal dan juga fitofarmaka rangking pertama itu India, kedua China, kemudian disusul Belanda,” kata Deputi Sektor Kesepahaman Pengembangan Tingkat Aspek Kesehatan dan juga Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Budiono Subambang di Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI, Hari Senin (24/6/2024).
Sebagai catatan, fitofarmaka merupakan obat tradisional dari materi alami yang mana pembuatannya terstandarkan serta memenuhi kriteria ilmiah.
Budiono mengkaji fitofarmaka mempunyai kemungkinan besar untuk menjadi komoditas farmasi utama Indonesia, dengan memanfaatkan kekayaan alam yang tersebut melimpah. Selain itu, menurutnya, pengembangan fitofarmaka di dalam Indonesi juga bisa jadi membuka lapangan kerja baru, sekaligus meningkatkan kemandirian obat untuk mengupayakan kesejahteraan ke pada negeri.
“Indonesia ini sangat kaya pada miliki jenis tumbuhan obat lalu dapat dikembangkan menjadi jamu herbal fitofarmaka. Namun, pemanfaatannya masih belum optimal,” ujarnya.
Foto: Pekerja meracik jamu di toko Jamu Bukti Mentjos, Jakarta, Rabu (20/12/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Pekerja meracik jamu pada toko Jamu Bukti Mentjos, Jakarta, Rabu (20/12/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman) |
Dalam menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangunan Industri Farmasi juga Alat Kesehatan, khususnya bidang yang digunakan memanfaatkan sumber materi alam, kata Budiono, jamu sampai dengan obat herbal nantinya betul-betul bisa saja diberikan resep seperti yang mana sudah ada dilaksanakan Jepang.
“Hanya memang, ke depan bagaimana itu bisa saja masuk ke pada bagian yang mana komplemen dengan obat-obat yang mana ketika ini ada,” tukas dia.
Budiono menyampaikan regulasi yang jelas, dan juga riset yang mana terintegrasi sangat penting di memajukan sektor fitofarmaka. “Tentu ini pemerintah atau kami, harus menyediakan dana serta sarana yang tersebut memadai, mulai dari riset lalu menyokong kerjasama dengan para akademisi untuk menghasilkan kembali produk-produk fitofarmaka yang mana berkualitas. Nah ini pentingnya kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan dan juga Kementerian/Lembaga,” lanjutnya.
Lebih lanjut, di menindaklanjuti Inpres No 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Penguraian Industri Farmasi lalu Alat Kesehatan, Kemenko PMK sudah membentuk satuan tugas percepatan pengembangan serta pemanfaatan fitofarmaka.
“Jadi kami sudah ada melakukan beberapa kali reuni rapat koordinasi, mulai dari hulu sampai dengan hilirnya. (Sebab) kita harus tahu betul ekosistem juga pengembangan fitofarmaka ini mulai dari pengembangan infrastrukturnya, pengembangan sumber daya manusianya, kemudian sampai dengan apa regulasi yang diperlukan sampai ke teknis,” pungkas Budiono.
Artikel Selanjutnya Temui PM Selandia Baru, Jokowi Bicara Kans Dagang Bagian Halal
Artikel ini disadur dari RI Dikepret Belanda, India dan China Jadi Raja Ekspor Jamu Herbal Dunia